Wednesday, March 28, 2012

Antipsychotic Drugs Might Raise Heart Attack Risk

By HealthDay

Antipsychotic drugs can raise the risk of heart attack in older patients with dementia, a new study suggests.

It's common to prescribe antipsychotics to older patients with dementia to control symptoms such as agitation, hallucinations and aggression. Previous studies have found that this use of the drugs may be linked to an increased risk of stroke and death from all causes.

But

Lampu yang Aneh

Siang tadi ke mal Panakukang, seperti biasa berboncengan dengan suami dan Athifah yang tak mau ketinggalan. Ada yang hendak saya cari dan adanya di sana. Entah sudah berapa lama saya tak ke sana. Sepertinya sudah lebih setahun, yah ... mal memang bukan tempat yang bisa membuat saya bolak-balik mendatanginya J. Terakhir ke sana, masih ada petugas di pintu masuk yang mengetikkan nomor plat motor kami. Sekarang tidak lagi, sudah otomatis. Tinggal ambil karcis yang sudah bertuliskan plat nomor motor.

Dasar katrok ya, tiket parkir otomatis saja difoto ahahaha
Syukurlah, barang yang saya cari ada, murah pula. Tak salah saya mencarinya di situ. Usai mendapatkannya, kami pun pulang. Cuaca hari ini bersahabat, bagi kami dan para demonstran yang katanya sedang memperjuangkan agar BBM tak jadi naik (katanya sih memperjuangkan tapi koq kenapa banyak menyusahkan warga?). Siang ini tak hujan. Tiba di persimpangan jalan Boulevard – Pettarani, suami saya menghitung, “Satu ... dua ... tiga.”

Sesaat saya bingung. Apa yang dihitungnya?
“Empat ... lima ... enam,” lanjutnya.
Aih, saya paham. Ia menghitung berapa lama lampu hijau di deretan rambu lalu-lintas di sudut itu menyala. Sebelumnya suami saya mengatakan, “Lampu jalan di sini cepat sekali hijaunya.”

“Tujuh ... delapan ... sembilan ... sepuluh.”
Pas di hitungan ke sepuluh, lampu jalan itu berubah merah.
Hm, kali ini saya terpancing rasa penasaran hendak mengetahui berapa detik lampu merahnya menyala.

Lampu merah di persimpangan Pettarani - Boulevard
Lihat, lampu merah itu tertawa!
Mobil yang melintas di seberang hanya satu-dua
pas lampu merah
Saya pun mulai menghitung pelan, “Satu ... dua ... tiga ... empat ... lima.”
Pengendara motor dan mobil sudah mulai banyak di sekitar kami, menunggu.
Hitungan saya lewat sepuluh. Warna merah masih bertengger di situ.
Saya terus menghitung.

“Tiga puluh ... tiga puluh satu ... tiga puluh dua ... tiga puluh tiga.”
Warna merah masih tersenyum di sana.

“Empat puluh satu ... empat puluh dua ... empat puluh tiga ...”
Kini ia tertawa, bukan hanya tersenyum.
Ck ck ck ... betul, lama sekali!

“Lima puluh tiga ... lima puluh empat ... lima puluh lima.”
Hah, baru ia mau berlalu.
Astaga, lama sekali.
10 detik banding 55 detik?

“Jadi ingat iklan televisi. Kalau iklan lamanya minta ampun. Pas masuk acaranya, belum apa-apa sudah pindah iklan lagi,” kata saya pada suami.

“Kenapa tidak sekalian dipasangi iklan ya,” kata saya ngawur.

“Tunggu saja, bisa jadi suatu saat nanti ada iklan di situ,” sahut suami saya.

Tahukah kawan, aturan logis mengenai lamanya lampu jalan ini pantas mengatur kita? Bagaimana pula jika kita dipaksa nonton iklan sembari menunggu lampu merah tertawa?


Makassar, 29 Maret 2012

Bisa dibaca juga tulisan yang lain ya kawan ...

Dapat Award Lagi ^__^

Saya selalu takjub kepada kawan-kawan blogger yang membuat award. Mereka mendisain award-nya. Kemudian memikirkana nama-nama para penerimanya, lalu ‘mendatangi’ mereka untuk menyampaikannya. Sungguh, itu hal yang sangat mengesankan bagi saya. Apalagi bila nama blog saya tertera (dibuat dalam link hidup) di dalam tulisan di blognya.

Beberapa hari yang lalu, Arrian berkunjung ke blog saya dan menyampaikan dua award-nya kepada saya yaitu. Alhamdulillah, terimakasih yang tak terhingga ya Rian J. Award  ini menjadi salah satu penyambung silaturahmi kita. Oya, berikut ini kutipan dari komentar Rian:

Tidak Ada yang tidak mungkin bagi Allah. Selalu inspiratif tulisannya ^_^
Oleh karenanya, Saya ingin memberitahukan kalau Bunda mendapatkan Award dari Saya. ^_^

Cube Award (Lihat No. 4) dan Friendship Award. Award ini bertujuan untuk menyambung silaturahim dan tentu saja sebagai bentuk penghargaan saya kepada Bunda yang sudah menjadi Sahabat di Dunia Blog. Silahkan untuk diambil Awardnya disini: ARR'S AWARD. Mohon Maaf Pemberitahuannya telat. Terima Kasih

Ini dia penampakan kedua award-nya:




Ada pula sebuah award yang ingin saya pajang di sini. Award yang dibuat oleh mbak Susindra bagi para peserta giveaway yang baru saja digelarnya. Meski tak menang, saya senang bisa berpartisipasi di GA-nya.

Namanya Family Forever Award. Ini dia penampakannya:




Sekali lagi terimakasih kepada Rian dan mbak Susindra. Semoga silaturahmi ini langgeng J.

Makassar, 29 Maret 2012

Silakan dibaca juga:

Papa Baik

Prakarya IPA kakak Affiq, tampak belakang dan tampak depan
"Papa bikin apa?" tanya Athifah saat papa sedang sibuk membantu pengerjaan prakarya kakak Affiq.
"Pe ernya, Kakak," jawab mama.
"Baiknya Papa di'," ujar Athifah.
"Boleh pinjam HP Papa?" lanjutnya lagi.
Ow begitu... setelah memuji 'baik' lantas minjam HP buat main ya? J



Makassar, 29 Maret 2012

Constitution cartoon

Check out my daily politics cartoon here:

Monday, March 26, 2012

Perjalanan Aneh

Adakah perjalanan aneh seperti ini di pulau Jawa: dari Jakarta mau ke Surabaya misalnya tapi harus transit di Semarang? Sepertinya tidak ada ya.

Tapi di Sulawesi ada.
Kemarin kami kedatangan kerabat dari Gorontalo, ia keponakan ibu saya. Malam sebelumnya ia tiba-tiba menelepon hendak ke Makassar. Tujuan utamanya sebenarnya Manado, dalam rangka perjalanan dinas. Tetapi karena kehabisan seat sementara ia harus bertugas ke Manado maka instansi tempatnya bekerja memesankan flight dari Gorontalo ke Makassar dulu, transit selama 5 jam baru kemudian melanjutkan perjalanan ke Manado.

Untuk Anda yang masih mengingat pelajaran IPS sewaktu SD dulu tentu bisa membayangkan betapa anehnya perjalanan ini. Namun bagi Anda yang sudah lupa peta Sulawesi, ini dia saya tayangkan untuk Anda:



Gorontalo, Manado, dan Makassar adalah bagian
dari 3 provinsi berbeda. Bukankan perjalanan Gorontalo - Manado
transit Makassar, aneh?

Nah, bagaimana, kebayang kan betapa anehnya perjalanan ini? J

Tiket yang tersisa hanya kelas bisnis yang notabene harganya lebih mahal. Untungnya dibiayai kantor, tiket pesawat ke Makassar yang normalnya berkisar di Rp. 400 ribu – Rp. 500 ribuan kini berharga Rp. 1.800.000! Bukan main (yuk bisnis penerbangan komersial J).

Satu kesyukuran bagi kami karena perjumpaan terakhir sudah sepuluh tahun berlalu. Senang juga bisa bertemu dengannya. Tambahan lagi ia menyempatkan membawa oleh-oleh khas Gorontalo: kue pia. Kue pia yang dikemas dalam plastik dan dimasukkan ke dalam dos merupakan industri rumahan yang sangat berkembang di Gorontalo. Rasanya macam-macam, ada yang original (rasa kacang hijau), keju, coklat, dan jagung. Enak. Saya paling suka yang rasa keju.

Kue pia dari Gorontalo
Sepupu saya itu bahkan sempat berbelanja tiga pasang setelan kantor muslimah di jalan La Madukelleng. Informasi mengenai butik yang menjual setelan kantor ini ia dapatkan dari koleganya. Ternyata tak mudah mencari butik yang menjual setelan kantor untuk muslimah (baju lengan panjang plus rok panjang). Ia kesulitan mendapatkannya di Gorontalo.

Sebenarnya ada yang menjual tetapi setelan biasa untuk perempuan, roknya pendek. Asyik juga pemilik bisnis ini, butiknya sudah dikenal di provinsi lain. Harganya pun relatif murah, hanya Rp. 200 ribuan per pasang. Kalau membeli sendiri bahan dan menjahitkannya ke tukang jahit tentu bisa lebih mahal daripada itu.

Saat ada kesempatan berbincang, saya katakan kepadanya, “Lucu juga ya Kak, dari Gorontalo mau ke Manado tapi transitnya di Makassar.”

“Iya. Soalnya kehabisan tempat. Kadang-kadang malah kita sudah pesan tiket ke Manado, pesawat tidak jadi berangkat. Di-cancel ke esok harinya,” ujarnya. Tentu saja jika yang terjadi seperti ini, tak mungkin baginya karena meeting yang harus dihadirinya kan sudah terjadwal.

Perjalanan via udara adalah pilihan yang tepat untuk perjalanan dinas. Sebenarnya bisa saja melalui darat yang makan waktu 6 jam. Tapi untuk seseorang yang memegang jabatan penting di instansinya, itu bukan cara yang terhormat jika pilihan melalui udara memungkinkan meski tak praktis.

Bayangkan saja betapa tak nyamannya perjalanan darat yang bisa saja makan waktu lebih dari 6 jam. Sampai di tujuan harus berhenti di terminal antarkota yang biasanya tingkat kenyamanannya jauh di bawah kenyamanan bandara. Untuk sebuah instansi besar, tentu sangat memalukan memperjalankan karyawati pentingnya dengan cara ini bukan? J

Alhamdulillah, sepupu saya sampai dengan selamat di Manado sekitar pukul sepuluh malam. Kemungkinan balik ke Gorontalo ia melewati jalan yang sama dengan jalan perginya.

Saya kira di antara tak ada yang mengalami perjalanan aneh seperti ini. Ah, saya mungkin salah. Barangkali saja ada ya? Apakah Anda pernah mengalaminya?

Makassar, 28 Maret 2012

Bisa dibaca juga yang lain:

Nama 'Sebelah Sini'

Athifah : Ma, apa nama depanku?
Mama  : Athifah, toh?
Athifah : Kalau nama belakang?
Mama  : Solihin
Athifah : Kalau nama ... ng ... nama .. itu. Apa namanya?
Ia memberi kode dengan tangannya. Seperti menunjuk ke sebelah kanannya.
Mama  : Oh. Nama tengah? Nama tengahnya Athifah: Linnia
Athifah : Kalau nama depannya kakak?
Mama  : Muhammad
Athifah : Nama belakangnya kakak?
Mama  : Solihin. Sama seperti nama belakang Athifah.
Athifah : Kalau nama itu ... ng ...
Kembali ia memberi kode dengan tangannya. Seperti menunjuk ke sebelah kanannya. Bukan hanya kode tangan, matanya pun memberi kode - dengan sesekali melirik-lirik ke arah kanan.
Mama  : Apa? Nama tengah?
Athifah : Bukan. Nama ... ng ... apa yaa ...
Ia masih memberi kode ke arah kanan, dengan tangan dan mata.
Sekarang mama bisa menebak ...
Mama  : Nama 'kanan' maksudnya?
Athifah : Iya
Mama tersenyum. Rupa-rupanya nona ini mengira ada nama kanan dan nama kiri!
Mama  : Tidak ada, Nak. Tidak ada nama kanan. Namanya orang itu terdiri atas nama depan, nama tengah dan nama belakang. Namanya Athifah misalnya, nama depannya Athifah. Nama tengahnya Linnia. Dan nama belakangnya Solihin.
Makassar, 28 Maret 2012
Kalau imajinasinya berkembang, bisa saja ada nama utara, nama timur, dan nama barat ya?
#Asal, itu mah imajinasi mamanya wkwkwk#

Bahasa Inggris 'Rumah'

Athifah masuk kamar dan bertanya kepada mama, "Mama, apa bahasa Inggrisnya RUMAH?"
"Haus," jawab mama.
'Haus' kan pelafalan dari HOUSE.
"Bukan. Bukan itu. Apa bahasa Inggrisnya RUMAH?" Athifah mengulangi pertanyaannya.
"Haus, Nak," jawab mama lagi.
"BUKAAN," Athifah mulai kesal.
Kembali ia mengulangi pertanyaannya.
"Ya memang jawabannya itu. Mau dijawab bagaimana lagi?" ujar mama.
"BUKAAAN. BUKAN ITU. RUMAH KAN TIDAK HAUS," sahutnya sebal sambil melangkah keluar kamar.

Makassar, 28 Maret 2012

Ini pasti pengaruh sesat iklan. Ingat kan iklan yang seorang bapak guru mengajar bahasa Inggris di sebuah kelas. Saat pak guru bertanya, "Apa bahasa Inggrisnya RUMAH?" kepada siswa-siswa berseragam putih-biru di kelas itu, para siswa itu serempak berseru keras, "HAUUUUSSS," sambil menampilkan wajah memelas dan peluh berceceran - mengesankan mereka sedang amat kehausan.
Ingat kan?
J

Treyvon Martin cartoon

Daily political cartoon here:

Sunday, March 25, 2012

Post Secret faves for the week






Tweet
!function(d,s,id){var js,fjs=d.getElementsByTagName(s)[0];if(!d.getElementById(id)){js=d.createElement(s);js.id=id;js.src="//platform.twitter.com/widgets.js";fjs.parentNode.insertBefore(js,fjs);}}(document,"script","twitter-wjs");

Friday, March 23, 2012

Menikmati Kelelawar, Sejarah, dan Alam Soppeng

Alam Soppeng
Foto: Sudarman
Masih jelas dalam ingatan, Soppeng dengan segala kekhasannya. Kabupaten yang ibukotanya terletak 179 km sebelah utara Makassar ini banyak meninggalkan jejak dalam benak saya.

Hawa sejuk menyegarkan senantiasa dibawa angin di daerah yang terletak pada ketinggian bervariasi (100 – 200 meter di atas permukaan laut) ini. Permukaannya yang tak rata menyebabkan hamparan sawah, gunung, sungai, dan alamnya yang hijau terlihat sangat indah. Cobalah berbincang dengan penduduknya yang ramah. Sehari-harinya mereka memang berbahasa Bugis dengan alunan khas nan lembut tetapi mereka bisa berbahasa Indonesia dengan baik.


Keindahan alam Soppeng
Foto: Sudarman
Kelelawar bergelantungan di pohon
Foto: Sudarman
Pemandangan keseharian kota Watansoppeng
Foto: Sudarman
Makhluk penghuni pohon asam
Foto: Sudarman

Di Soppeng kelelawar ini disebut panning
Foto: Sudarman
Kelelawar yang lazim disebut kalong menjadi warna khas ibukotanya – Watansoppeng. Selama bertahun-tahun setiap hari saat menjelang subuh ribuan kalong melintasi langit Soppeng untuk menempati pohon-pohon besar di kota ini. Kalong-kalong itu beristirahat – menggelantung di dahan-dahan pepohonan hingga menjelang maghrib untuk kemudian beramai-ramai meninggalkan kota itu entah ke mana guna mencari makan. Secara fisik, ukuran tubuh spesies binatang ini lebih besar ketimbang kelelawar yang biasa menghuni gedung-gedung tua, warnanya pun hitam.

Soppeng dalam Sejarah

Wisma Juliana
Sumber: http://soppeng.org
Penataan bangunan di kota ini seperti kontur tanahnya yang tak rata. Bisa jadi bangunan di sebelah kanan jalan terletak lebih tinggi dari jalan sementara bangunan di sebelah kiri jalan terletak lebih rendah. Tengok saja villa Juliana (mess Tinggia) yang dibangun pada tahun 1905 ini letaknya lebih tinggi dari ruas jalan Merdeka. Bangunan tua ini termasuk peninggalan bersejarah. Villa ini dahulu digunakan sebagai kediaman resmi pemerintah kolonial.

Begitu pun makam kuno Jera’ LompoE. Di sana terdapat makam para raja (datu) Soppeng, Luwu, dan Sidrap pada abad XVII, mengunjunginya berarti bukan hanya melihat makam-makam tua nan dingin tetapi juga menikmati hangatnya pemandangan indah di sekitarnya.

Berdasarkan catatan sejarah kuno dalam lontarak Bugis, kota ini dahulu adalah kota kerajaan yang memiliki pengaruh luas. Di kota ini terdapat kompleks istana raja (datu) Soppeng yang dibangun oleh I Latemmamala  yang bergelar Petta Bakkae pada tahun 1261 M. Di dalam komplek tersebut terdapat sejumlah bangunan, di antaranya: Bola RidiE (Rumah Kuning), yaitu  tempat penyimpanan benda-benda atribut Kerajaan Soppeng, SalassaE, yaitu bekas Istana Datu Soppeng; dan Menhir Latammapole, yaitu tempat melaksanakan hukuman bagi para pelanggar adat. Selain Jera’ LompoE, ada pula pemakaman KalokoE Watu, di sini terdapat  makam We Tenri Sui, ibu kandung Arung Palakka.

Satu hal mengenai sejarah Soppeng yang membuat daerah ini menjadi sangat unik adalah ditemukannya bukti-bukti sejarah berupa sejumlah bangunan dan situs berupa  menhir (untuk keperluan pemujaan), dakon (batu monolit), lesung batu (untuk keperluan menumbuk dan membuat bahan makanan), batu dolang (untuk menyimpan air), dolmen (meja batu sebagai altar pemujaan), dan gua Codong. Ini semua membuktikan adanya peradaban manusia di daerah ini sejak 3000 – 10.000 tahun lalu.

Hal ini dituliskan dalam laporan penelitian pada tahun 1989 yang dilakukan oleh Ian Caldweel dan David Bulback. Mereka meneliti arkeologi zaman pra kolonial di wilayah Soppeng pada tahun 1986. Kedua  mahasiswa jurusan Sejarah dan Arkeologi dari Australian National University ini telah meneliti 12 situs di bekas pusat kerajaan Soppeng untuk kelengkapan bahan disertasi PhD-nya.

30 kilometer dari ibukota kabupaten terdapat berbagai rumah adat bergaya arsitektur Bugis, Makassar, Mandar, Toraja Minang, dan Batak yang disebut Rumah Adat Sao Mario. Rumah ini juga berfungsi sebagai museum yang menampung berbagai macam barang antik bernilai tinggi antara lain meja, kursi, cermin, tempat tidur, senjata tajam, batu-batu permata.

Makam Datu Mari-Mari - papan itu perlu dibenahi
agar berkesan lebih menghargai
Foto: Sudarman
Beberapa makam kuno
Foto: Sudarman
Pahatan batu yang unik
Foto: Sudarman
Rumput dan tanaman Jera' LompoE tertata rapi
Foto: Sudarman

‘Wisata Air’ di Soppeng

Pemandian Ompo yang terletak sekitar 10 kilometer dari kota Watansoppeng memiliki mata air alami yang senantiasa mengisi kolam-kolam renangnya. Warga Soppeng dan sekitarnya suka sekali berwisata ke sini. Tetapi kalau Anda ke sini jangan sampai memakai pakaian renang yang minim karena warga berenang dengan pakaian yang cenderung tertutup.

Hm ... tetapi itu dulu. Sekarang Ompo berbeda. Tak ada lagi air melimpah, tak ada lagi bunyi riak air. Untuk mengisi kolam utama saja harus antri dengan PDAM. Sumber mata air Ompo kian berkurang. 
Pemandian alam Ompo
Sumber: http://budpar-soppeng.cc.cc
Pemandian alam air panas LEJJA
Sumber: http://yousaytoo.com
Pemandian alam Citta
Sumber: http://wisatadisulawesi.blogspot.com/2011/01/pemandian-alam-citta.htm 
Citta
Sumber: http://wisatadisulawesi.blogspot.com/2011/01/pemandian-alam-citta.htm  

Namun masih ada pilihan lain:

Pemandian alam air panas Lejja yang berada dalam kawasan hutan lindung di Desa BuluE, Kecamatan Marioriawa, sekitar 44 kilometer sebelah utara ibukota kabupaten.
Pemandangan nan indah plus udara nan segar dilalui sepanjang tanjakan terjal menuju pemandian ini. Obyek wisata ini dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai seperti air bersih, listrik, areal parkir, jalan beraspal, guest house, kolam berendam, lapangan tenis dan baruga wisata untuk pertemuan dengan daya tampung 300 orang.

Ada pula Pemandian Alam Citta yang terletak di Desa Citta Kecamatan Citta. Tempat wisata ini berjarak sekitar 35 kilometer sebelah timur kota Watansoppeng. Di Citta, ada pemandangan berupa beberapa air terjun yang menghiasi dinding tebing. Mengalir tenang, menimbulkan simfoni alam yang damai.

Paket Wisata Untuk Turis Mancanegara

Melihat potensi pariwisata Soppeng, kiranya masuk akal jika wilayah ini merupakan salah satu daerah utama tujuan wisata mancanegara di samping Tana Toraja. Jika sarana dan prasarananya belum siap, mengapa tidak dimasukkan sebagai ‘paket wisata’ bagi para turis tujuan Toraja?

Dengan berkendara bis dari Makassar, Soppeng bisa dilalui. Mereka bisa turun sejenak menikmati alam Soppeng dengan segala kekhasannya.

Perjalanan menuju Soppeng pun sesungguhnya bisa dinikmati. Melalui Camba (di kabupaten Maros) misalnya. Kelok-kelok jalan yang dilalui menyuguhkan keindahan orisinil nan segar. Ataupun jika melalui Bulu’ Dua (kabupaten Barru), pesona keindahan alamnya yang sejuk pun tak kalah indahnya.

Salah satu sudut kota Soppeng
Sumber: http://pittelagulicci.blogspot.com
Camba - daerah di kabupaten Maros yang dilalui
untuk menuju Soppeng
Sumber: http://skyscrapercity.com


Wisata dari Pekanbaru ke Sumatera Barat yang pernah saya alami misalnya, bisa dijadikan contoh. Saat itu kami melakukan perjalanan selama 3 hari. Berkendara mobil dari Pekanbaru menuju Sumatera Barat. Di Sumatera Barat kami melalui Kotogadang, Payakumbuh, Bukittinggi, Maninjau (dengan danaunya), Lembah Anai, Padang (dengan pantai Air Manisnya), danau Singkarak, Batusangkar, terakhir melalui Lembah Harau menuju Pekanbaru. Di setiap tempat kami turun beberapa waktu untuk menikmati alamnya, hanya beberapa jam – 24 jam.

Perjalanan ini bukan semata ‘milik’ kami. Kawan-kawan kami yang lain pun melakoninya. Walau bukan orang Sumatera Barat, kami bisa menyewa kendaraan (hanya kendaraan, tanpa sopir) untuk berwisata ke sana. Dan kami menikmatinya! Kami hanya mengumpulkan informasi yang lengkap dan sangat mudah diperoleh mengenai landmark wisata di tiap kota yang dilalui.

Di samping itu, pemerintah harus pula benar-benar membenahi terminal Daya (tentang ini pernah saya tuangkan dalam tulisan berjudul Terminal Daya ... Riwayatmu Dulu dan Kini). Jangan hanya menerapkan hukum tilang saja untuk pelanggar dalam pengaktifan kembali terminal ini. Poin pentingnya di sini adalah kenyamanan penumpang kendaraan umum antarkota. Sekali lagi, itu yang terutama harus dibenahi. Jika kenyamanan penumpang memadai, maka terminal bayangan ataupun pelanggaran-pelanggaran dalam bentuk lain tak perlu ada. Bisa jadi turis mancanegara ada yang menggunakan terminal ini. Jika ketaknyamanan yang mereka temui di situ, apa kata dunia?


Wisata Menawan Bagi Turis Lokal

Sawah dan langit Soppeng
Foto: Sudarman
Monumen GAPIS, Watansoppeng
Foto: Sudarman
Jembatan Citta
Sumber: http://goldoriole.blogspot.com
Bagi masyarakat di kabupaten lain, Soppeng merupakan salah satu target tujuan wisata.  Pemerintah perlu memberikan perhatian lebih di sini. Kenyamanan turis lokal ini perlu diperhatikan, misalnya saja dengan memfasilitasi ruangan khusus untuk ibu menyusui. Di mal-mal di Makassar saja sekarang ada ruangan khusus untuk ini, mengapa di tempat wisata tidak? Toh tak perlu yang mewah, yang sederhana pun memadai. Akses ke lokasi-lokasi wisata di Soppeng dipermudah. Bila perlu, ‘jemput bola’! Adakan program-program kerjasama dengan pemerintah kabupaten lain. Atau bisa juga pemerintah provinsi yang memfasilitasi atau membuatkan regulasi khusus.

Pemerintah perlu meningkatkan informasi mengenai potensi wisata Soppeng juga memaksimalkan segala sarana dan prasarana. Manfaatkan semua media massa, baik cetak maupun internet, juga semua bentuk promosi yang memungkinkan. Himbau masyarakat untuk tetap ramah (ya, bisa jadi dengan perkembangan zaman, sekarang manusia ramah sudah mulai berkurang?) sehingga turis yang datang akan merasa nyaman bertanya pada siapa saja yang mereka temui.

Harapan saya, semoga pariwisata Sulawesi Selatan pada umumnya, dan kabupaten Soppeng pada khususnya bisa semakin meningkat sehingga bisa berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan juga bagi pencitraan Soppeng dan Sulawesi Selatan.
Jera' Lompoe dari suatu sudut
Sumber: http://pittelagulicci.blogspot.com


Makassar, 25 Marett 2012

Tulisan ini diikutkan pada Lomba Blog bertema
“Strategi Pengembangan dan Promosi Wisata Sulawesi Selatan”





Daftar Referensi Tulisan:

Brosur Panduan Wisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Soppeng
Tabloid Demos edisi No. 377 Thn X/Minggu III-IV Januari 2008, halaman 12.


Silakan juga dibaca tulisan-tulisan berikut ya ...: