Pernahkah anda mengalami hal-hal yang nyaris membawa anda kepada ketakberuntungan namun anda kemudian mendapatkan keberuntungan?
Saya pernah mengalaminya beberapa kali:
Terhindar dari Kecelakaan
Sumber: http://cupjogjarevolution.multiply.com |
Becak yang saya tumpangi bersama Athifah dan Afyad melaju pelan. Tiba-tiba saja dari arah belakang, sebuah becak melaju agak cepat kemudian menabrak sisi kanan becak yang kami tumpangi. Tukang becak kami segera mengerem becaknya dan becak itu berhenti persis dekat sebuah got besar yang airnya berwarna hitam. Bagian depan becak hanya berjarak beberapa sentimeter saja dari tepi got besar itu.
“Alhamdulillah,” ucap saya sambil menoleh kepada becak yang menabrak. Tukang becak sepuh yang mengendarainya hanya cengengesan, tanpa sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Seorang pemuda berkulit gelap – penumpang becak itu yang sekilas kelihatan sangar, menatap kami. Sepertinya ia hendak memastikan kami tak apa-apa. Pemuda itu kemudian berkata, “Maaf, Bu.”
Saya mengangguk. Tukang becak kami tak berkata apa-apa. Tukang becak sepuh itu juga masih keukeuh tak berkata apa-apa. Pemuda sangar dan tukang becak sepuh itu pun melanjutkan perjalanan, becak kami menyusul di belakangnya. Tujuan kami searah sepanjang lima ratus meter ke depan. Jantung saya tak berhenti berdegup kencang hingga dua puluh menit kemudian.
Tak terbayang apa yang terjadi jika:
Becak kami melaju cepat.
Atau remnya blong.
Tentu kami bertiga terlempar masuk ke dalam got berair hitam itu.
Terhindar dari Kebakaran
Saat itu anak saya baru satu. Karena capek, saya tidur lebih awal, pada pukul sembilan malam. Suami saya belum masuk kamar. Ia masih berbincang dengan tamunya di ruang tamu. Menjelang pukul sepuluh malam, dari tempat duduknya, suami saya mengira melihat saya melintas dari kamar ke ruang tengah. Sekilas ada sosok dilihatnya melintas. Karena tamunya sudah pulang, ia menyusul ke dalam rumah hingga ke dapur namun ia tak mendapatkan siapa pun di situ, hanya asap yang membumbung dari panci berisi air yang telah mendidih di atas kompor minyak tanah.
Ia membuka tutup panci, air di panci itu tinggal setengahnya. Buru-buru ia matikan kompor dan menuju kamar tidur kami. Di kamar ia mendapati saya tengah pulas di dekat Affiq.
Tak terbayang apa yang terjadi jika:
Ia tak melihat sosok yang dikiranya saya, ia tentu tak mengecek masuk ke dapur.
Sementara kompor minyak itu menjadi sangat panas.
Ah, kebakaran bisa saja terjadi.
Bertahun-tahun kemudian.
Malam itu suami saya gelisah. Ia tak bisa tidur hingga pukul satu dini hari. Diperiksanya seisi rumah. Semua pintu sudah terkunci rapat dan tak ada apa-apa yang mencurigakan. Lalu ia duduk di ruang tengah. Namun perasaan gelisah tak bisa ditepisnya. Pukul dua lewat, ia berjalan ke arah ruang makan. Sayup-sayup terdengar suara mendesis. Makin lama suaranya makin jelas. Di dapur, suara desisan itu keras sekali. Rupanya bersumber dari tabung gas yang bocor.
Kejadian kompor gas itu bukan hanya sekali. Ada dua kejadian lain yang serupa.
Namun lagi-lagi Allah Yang Mahamelindungi mengasihani kami seisi rumah dengan memberikan rasa gelisah yang berlebihan kepada suami saya.
Apa jadinya jika kebocoran itu tak cepat terdeteksi hingga mengakibatkan ledakan gas?
Saya tak berani membayangkan.
Sumber: http://epitemnein-epitomic.blogspot.com/ |
Terhindar dari Kecurian
Dari pengeras suara masjid terdengar kegiatan shalat subuh berjama’ah. Saya bangkit dari pembaringan dan menengok ke ruang tamu. Saya mendapat dua orang laki-laki tak dikenal di situ. Di belakang mereka, pintu yang menghubungkan ruang tamu dan teras terbuka lebar. Tatapan mata mereka beradu dengan tatapan mata saya. Saya melihat dengan sangat jelas wajah mereka karena lampu yang menyala di ruang tamu cukup terang. Salah seorang dari mereka berkulit terang, bertubuh kecil, dan berambut lurus. Yang satunya berkulit gelap, bertubuh gempal, dan berambut keriting.
Dengan bingung, tanpa berkat sepatah kata pun, saya kembali masuk ke kamar. Otak saya yang masih bekerja lima puluh persen karena baru saja bangun masih mencerna, siapa gerangan orang-orang tak dikenal itu yang bertamu pada subuh hari? Butuh sekian menit bagi saya untuk menyadari bahwa kedua laki-laki itu berniat tak baik. Sebelum bertatapan dengan mereka, saya sempat memergoki salah seorang dari mereka sedang memeriksa tas ransel hitam – tas sekolah milik Affiq yang menyerupai tas ransel laptop yang tergeletak di kursi tamu kami.
Beruntung setelah bertatapan dengan saya mereka langsung kabur.
Beruntung tas ransel Affiq tergeletak di ruang tamu, jika di ruang tengah – mereka tentu sudah masuk lebih dalam lagi.
Beruntung saya bukan jenis perempuan yang suka menjerit jika bertemu dengan hal-hal yang mengagetkan. Kalau saya menjerit, bisa saja mereka kalap.
Segala puji bagi Allah.
Terhindar dari Kemandulan
Saya dan suami memiliki cerita yang amat panjang tentang perjuangan kami hingga dikaruniai tiga orang buah hati. Kami berdua bermasalah dengan kesuburan. Kami nyaris mandul, bahkan mungkin saja sudah mandul. Pasangan suami-istri yang hanya bermasalah salah satunya saja sulit memiliki anak, apalagi kami yang keduanya bermasalah.
Namun Allah sungguh Mahapemurah. Ia mengasihani kami sehingga menitipkan Affiq, Athifah dan Afyad kepada kami melalui sebuah metode pengobatan alternatif. Sehingga kami bisa memiliki ladang amal lebih banyak lagi dengan mengasuh mereka. Dan kami bisa menyelami hidup dengan segala hikmahnya dengan keberadaan mereka. Membuat saya bisa mewarnai blog ini dengan aneka cerita tentang mereka.
Oh Allah, nikmat-Mu yang mana lagi yang pantas didustakan? Walau berlumur dosa, Engkau tak hentinya menganugerahkan keberuntungan kepada diri kami. Padahal untuk menghukum kebebalan kami, bisa saja Engkau membuat ketakberuntungan itu terjadi. Namun Engkau tak membiarkannya.
Maha Suci Engkau ya Allah.
Tiada Tuhan selain Engkau.
Makassar, 15 Februari 2012
Baca juga tulisan-tulisan berikut ya ... J
No comments:
Post a Comment