Sunday, September 25, 2011

Selingkuh Oh Selingkuh ...

Karena mencari bahan untuk lomba bertema ‘Selingkuh’, saya pun mencari di Google kata kunci ‘alasan selingkuh’, siapa tahu saya bisa menyusun esai mengenai hal ini. Pilihan materinya adalah kisah nyata, esai, atau tips. Beberapa menit, bermunculanlah hasil pencarian dengan kata kunci ini.

            Yang mengejutkan adalah yang dirilis oleh Kaltim Today :
Data Pengadilan Agama Kota Bontang (Kaltim) tampaknya menjadi lampu kuning bagi para pasangan keluarga untuk lebih memperhatikan kualitas hubungannya, mengingat kasus perselingkuhan cukup tinggi di "Kota Khatulistiwa" itu.
"Hampir 40 persen penyebab perceraian pasangan suami-isteri akibat adanya keterlibatan dan campur tangan pihak ketiga (perselingkuhan), 20 persen akibat adanya wanita idaman lain (WIL) atau pria idaman lain (PIL)," kata Panitera Muda Hukum pada Pengadilan Agama Bontang, Hamran, di Bontang, belum lama ini.
Sedangkan penyebab perceraian lainnya yaitu 20 persen alasan ekonomi dan 20 persen akibat kurangnya rasa tanggung jawab yang rata-rata terjadi pada pasangan suami-isteri usia 30-40 tahun.
            Di sini ada dua poin yang berbeda tetapi menurut saya kelihatannya sama yaitu: "Hampir 40 persen penyebab perceraian pasangan suami-isteri akibat adanya keterlibatan dan campur tangan pihak ketiga (perselingkuhan), 20 persen akibat adanya wanita idaman lain (WIL) atau pria idaman lain (PIL)". Nah, WIL dan PIL yang menyebabkan perceraian, bukannya perselingkuhan juga? Jadi sebenarnya angka perceraian di Bontang karena perselingkuhan sebenarnya ada 60%? Bontang itu kota kecil lho. Logika sederhananya, kalau di kota kecil saja separah itu, bagaimana di kota besar? Ck .. ck .. ck.

            Kemudian perhatian saya beralih kepada hal-hal yang menyebabkan perselingkuhan, maka simaklah hal-hal berikut yang diungkap ginekolog dan konsultan seks Boyke Dian Nugraha pada seminar bertema "Love, Sex and Harmony" di Jakarta, pada bulan Maret 2009:
8 Alasan Kenapa Pasangan Selingkuh:
  • Pelarian emosional dari pasangannya.
  • Rasa ingin tahu tentang seperti apa seks dengan orang lain yang bukan pasangannya. Semuanya itu bermula dari rasa penasaran akan apa yang ada di balik itu (maksudnya di balik celana dalam pria). Bagaimana sih rasanya bercinta dengan pria kulit hitam karena suaminya berkulit putih," Boyke mencontohkan.
  • Kemarahan atau permusuhan yang terpendam dengan pasangannya.
  • Keinginan untuk merasakan lebih banyak seks atau jenis seks yang berbeda dari yang didapat dari pasangannya.
  • Dorongan ego.
  • Ketidakmampuan membentuk komitmen yang dalam.
  • Menghindar dari masalah perkawinan atau pribadi.
  • Untuk menghilangkan rasa sakit akibat kehilangan, sebagai contohnya, kematian orang yang dicintai atau anak yang pergi sekolah ke tempat lain.

    Menyimak kedelapan alasan ini, saya merasa yakin ‘warna paling terang’ dari kesemuanya adalah nomor 5 : dorongan ego. Bukankah nomor 1 hingga 8, kesemuanya adalah pengejawantahan dari egoisme[1]?
      Memperhatikan ini semua dan hasil-hasil pencarian lain, makin terasalah bagi saya betapa pernikahan itu tidak mudah tetapi sebenarnya tidak sulit juga karena komunikasi yang harmonis menjadi kunci dalam hal ini. Namun komunikasi yang harmonis nyatanya tidak dimiliki semua pasangan, sehingga hal ini menjadi sulit.
      Akhirnya, karena kesulitan menarik benang merah, saya memutuskan untuk menuliskan kisah nyata seseorang saja untuk diikutkan lomba itu. Bahan-bahan ini, saya tuliskan di blog ini untuk dijadikan bahan renungan, terutama untuk saya dan untuk siapa pun yang bersedia merenung bersama saya, mereka yang sudah menikah ataupun yang belum menikah.
      Kepada karib dan kerabat yang belum menikah, ada baiknya hal-hal seperti ini dimasukkan ke dalam ‘bank wawasan’ anda, guna memperkaya diri sebelum memasuki gerbang pernikahan. Wawasan itu penting, bukan hanya yang positif dari sisi pernikahan melainkan juga yang negatif karena perceraian itu ada dan perselingkuhan itu nyata di sekeliling kita.
Makassar, 26 September 2011



[1] Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Egoisme berarti: tingkah laku yang didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri daripada untuk kesejahteraan orang lain.

No comments:

Post a Comment