Sulung saya – Affiq (10,5 tahun), usia 14 bulan sudah disapih karena ia sendiri yang menolak ASI. Meski saya menangis-menangis menyodorkannya ASI yang masih berlimpah, ia tetap tak mau. Akhirnya ia minum susu di botol. Setiap hari ia bisa minum sebanyak 7 – 9 botol, @180 mL. Disamping itu saya suka membuatkannya makanan, ia makan 3x sehari. Saya menyuapinya bahkan dalam satu sesi makan bisa hingga 4 jam lamanya. Ia juga suka makan cemilan berupa sereal N****e dan aneka cemilan lainnya yang dibeli maupun yang dimasak.
Hal itu berlangsung selama bertahun-tahun tetapi berat badannya sulit sekali naik. Ia kelihatan kurus tetapi geraknya banyak sekali. Sejak usia setahun ia tak tidur siang, hari-harinya diwarnai dengan aktivitas fisik dan eksplorasi juga eksperimen tiada henti, ke sana ke mari sampai waktu tidur di malam hari sekitar pukul sepuluh. Ia sungguh super aktif.
aaa
Hanin, adalah keponakan saya. Ahmad adalah keponakan suami saya. Mereka sekarang sama-sama berusia 3,5 tahun, aktif dan berbadan gempal – jauh di atas badan Affiq dulu. Saya tanya kepada ibunda Hanin dan nenek Ahmad (mertua saya), “Berapa kali mereka minum susu dalam sehari?” Jawabannya, “Dua kali, paling banyak tiga kali.”
Saya perhatikan asupan makanan mereka. Menurut saya jauh lebih banyak jumlah makanan yang dikonsumsi Affiq dulu. Lantas mengapa waktu itu Affiq kurus sekali? Pertanyaan retoris. Saya tahu jawabannya. Karena itu kehendak Allah. Mau seberapa pun yang seseorang konsumsi kalau Dia yang Mahaberkehendak menginginkan kurus ya kurus, gemuk ya gemuk. Itu yang terjadi. Yang jelas, walau kurus, Affiq sehat.
aaa
Sumber gambar: http://yessiskyura.blogspot.com |
Bungsu saya – Afyad (2,5 tahun) sudah dua kali kena campak saat usianya belum lagi setahun. Padahal ia tak keluar-keluar rumah waktu itu. Saya pun jarang keluar rumah. Interaksinya hanya dengan penghuni rumah saja. Kami pun tak ada yang terkena campak, malah ia yang menulari saya.
Membaca buku Ketika Buah Hati Sakit, saya mendapatkan pengalaman ibu-ibu yang sangat menjaga buah hatinya agar tak sakit. Namun takdir berkata lain. Buah hati mereka harus menderita sakit yang tak disangka-sangka datangnya.
Takdir telah jatuh, walau segala penyebab telah berusaha kita hindari. Namun jika Dia berkehendak sakit ya sakit, sehat ya sehat. Itu yang terjadi.
aaa
Sudah pernah saya tulis di blog ini, bahwa saya dan suami saya sama-sama tak subur. Salah satu saja yang tak subur, sulit sekali memiliki momongan apalagi jika dua belah pihak. Suami saya nyaris azoospermia (kehabisan sperma) sementara hormon kesuburan saya tak pernah memadai – menyerupai orang menopause.
Dokter kami pernah menyarankan program inseminasi buatan dan bayi tabung yang harganya selangit. Namun melalui perngobatan alternatif dengan biaya minim – malah seringkali tak bayar, alhamdulillah kami dikaruniai Affiq pada tahun 2001. Kemudian berjuang lagi – tanpa kontrasepsi hingga dikaruniai Athifah (lahir 2006). Setelah itu kami memutuskan berkontrasepsi – masih dengan cara alternatif hingga akhirnya saya melahirkan Afyad (2009) setelah alpa menggunakan kontrasepsi itu.
Allah sudah menurunkan takdir. Meski pada awalnya tak subur, namun jika Dia berkehendak punya anak ya punya anak, tidak ya tidak.
aaa
Sumber gambar : http://delphigroup.com |
Kesemua pengalaman ini mengajarkan saya untuk:
Lebih mengakui lagi kebenaran hadits-hadits qudsi yang shahih berikut:
Dari Syuraih, ia berkata: Aku mendengar seorang laki-laki dari sahabat Nabi SAW berkata, Nabi bersabda, “Allah ta’ala berfirman ‘Hai anak Adam, berdirilah (menghadap) kepada-Ku, maka Aku berjalan kepadamu; dan berjalanlah kepada-Ku, maka Aku berlari kepadamu.’” (HR. Ahmad)
Dari sahabat Annas bin Malik ra., Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Allah ta’ala berfirman, ‘Aku menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku; dan Aku bersamanya jika ia memanggil-Ku (berdo’a kepada-Ku).’” (HR. Ahmad)
Makin meyakini-Nya. Bahwa Ia sesuai sifat-Nya : wujud. Meski tak bisa melihat-Nya, saya yakin Ia ada.
Mengakui sifat iradah-Nya. Bahwa Ia Mahaberkehendak. Ia Mahamenghargai proses yang kita lakukan dengan memberikan hasil yang tak terduga, bahkan menafikan hukum yang biasa berlaku. Yaitu tak subur bukan berarti mandul, protektif bukan berarti sehat, dan mengkonsumsi banyak asupan makanan bukan berarti montok.
Tidak menilai orang seenaknya. Karena yakin saja, Allah memiliki rencana berbeda untuk orang-orang yang berbeda. Tak pantas saya menilai hanya berdasarkan yang tampak – misalnya anak si Fulanah kurus karena ibunya tidak telaten atau anak si Fulan sehat karena ia terlalu protektif.
Berusaha bersyukur dan bersabar. Karena segala sesuatu yang pada awalnya tak bagus bukan ‘harga mati’. Ada Allah yang akan menentukan hasilnya. Saya hanya harus berusaha dan memilih jalan yang terbaik!
Makassar, 20 Maret 2012
Silakan dibaca juga:
No comments:
Post a Comment