"Ma, bagaimana kalau begini: hari ini main komputer, besok tidak. Terus besoknya lagi main komputer, besoknya tidak, nanti besoknya lagi baru boleh main."
Mama diam saja saat Athifah mengatakan itu. Mama tak menanggapinya. Kalau ditindaklanjuti bisa saja si nona ini protes :)
Kemarin Athifah mengatakan hal yang sama kepada mama. Mama jadi berniat melakukannya. Pingin melihat reaksi putrinya dan mengajarkan yang namanya konsekuensi padanya.
Kemarin Athifah bermain komputer. Hari ini ...
"Ma, main komputer," pintanya.
"Tidak," sahut mama.
"Main," rengeknya.
"Tidak. Kan Athifah sendiri yang bilang kemarin? Katanya kalau hari ini main, besok tidak. Begitu seterusnya. Kan kemarin main berarti hari ini tidak main. Begitu kan?"Athifah merengut.
Ia merengek lagi, masih mengharapkan boleh main.
"Saya tidak sengaja bilang begitu," kilahnya.
"Tidak. Athifah sendiri yang bilang."
Ia merengek lagi.
"Kalau masih merengek, Mama hukum tidak main untuk waktu yang lama. Mau?"
Nona mungil ini diam.
Usaha itu berlanjut terus. Beberapa kali ia mencoba merayu mama.
Kali ini ia berkilah, "Kemarin itu Saya bohong, Mama. Saya tidak benar-benar."
"Tidak boleh," ujar mama, gigih.
Merengek, membujuk, masih terus dilancarkannya.
Mama masih berkeras.
Lama-kelamaan ia tak merengek lagi, tetapi masih meminta.
Mama berkata, "Tidak boleh. Athifah sendiri yang bilang. Berarti Athifah harus menepatinya. Athifah harus menjalankan apa yang Athifah bilang."
Ia mengangguk.
Beberapa menit yang lalu, ia berkata, "Mama, bagaimana kalau hari ini tidak main, besok main. Terus besoknya lagi tidak main. Habis itu main."
Mama menyahut, "Iya, kan hari ini tidak main. Besok baru Athifah boleh main."
Kita lihat dua hari lagi. Apa ia mau menepatinya ?
Makassar, 18 Maret 2012
Consequency lesson isn't easy to apply honey ... you must know it!
No comments:
Post a Comment