Saturday, January 28, 2012

Duka Hati Ibunda

Ada hal-hal yang dulu tak pernah terpikirkan sekarang menjadi bahan pemikiran, renungan, dan juga PR besar bagi saya. Misalnya saja saat nonton wawancara TV One dengan ibunda Afriani – tersangka pengemudi mobil yang mengkonsumsi minuman keras dan ekstasi lalu menabrak sekumpulan orang yang menyebabkan sembilan orang di antara mereka meninggal dan beberapa lagi luka-luka baru-baru ini.

Oh Allah, saya ikut menangis melihat tangis adiknya yang begitu menyesal, juga permintaan maaf ibundanya kepada keluarga korban. Hati mereka akan berduka entah berapa lama lagi mengingat beban rasa malu, sedih, dan kecewa yang teramat dalam.

Belum juga vonis pengadilan dijatuhkan, ibunda Afriani sudah pingsan berkali-kali, bagaimana pula kelak jika Afriani bebas dari penjara – apakah ia bisa mendapatkan kembali posisinya di pekerjaan semula? Oh, akan bertambah pedih dan pedih hati ibundanya.

Miris hati saya ketika menonton pendapat ibunda Al Amin Nasution – mantan suami pedangdut Kristina di televisi yang didakwa kemudian divonis atas tindak pidana korupsi. Ia mengatakan, “Tak mungkin anak Saya melakukan itu. Ia anak yang baik. Dari kecil ia Saya bekali dengan pengetahuan agama.” Lalu, apa yang terjadi? Cukupkah bekal agama yang ibunda Al Amin kira sudah ia berikan kepada anaknya? Oh Allah, hatinya tentu perih, itu yang pasti.

Pernahkah Anda mendengar laki-laki maupun perempuan dewasa yang tak hentinya merepotkan dan meresahkan hati ibunda mereka? Ada di antara mereka yang bisa saja memang pelaku kejahatan tetapi ada pula orang baik-baik yang mengaku orang beragama yang sehari-harinya shalat dan puasa!

Sumber: http://partsofmylife.blogspot.com

Mereka tak henti meminta ibunda melakukan apa saja untuk mereka. Mereka merasa ibunda mereka harus menuruti apa kemauan mereka karena selayaknyalah ibunda bersikap begitu kepada anaknya. Ibunda pun tak pernah menolak, cinta yang membuatnya tak berpikir logis. Padahal, andai sejak dulu, sejak berpuluh tahun lalu ia membiasakan tegas kepada anaknya mungkin saja hal ini bisa dicegah.

Saya pun beberapa kali mendengar kisah tentang orang-orang yang berhasil merebut harta saudara kandungnya sendiri dengan cara yang tak baik. Sementara di hati mereka tak ada rasa bersalah apalagi sesal sedikit pun. Duh, tentu perih hati ibunda mereka meninggalkan anak-anak dengan sifat seperti itu.

Lantas jika ibunda-ibunda ini tersadar kemudian berucap, “Apa dosaku ya Allah sehingga anakku seperti ini?” Kira-kira apa jawabannya? Entah. Ibunda-ibunda ini bisa saja merupakan orang-orang yang shalih yang tak pernah melakukan tindak kejahatan tetapi ‘kertas putih’ dalam asuhannya kini menjadi ‘kertas hitam’.

Inilah PR yang teramat sangat besar bagi saya yang dititipi tiga orang anak oleh Allah SWT di zaman yang makin edan ini. Saya tentu tak menginginkan kelak memiliki duka hati seperti para ibunda itu. Ya Allah, tolonglah beri saya kekuatan untuk menjadi ibu yang benar-benar amanah mengasuh amanah-Mu. Ridhailah ketiga buah hati saya mencapai kebahagiaan di akhirat sana dengan menjadikan mereka orang-orang dewasa yang baik, yang sesuai dengan tuntunan-Mu. Bimbing saya ya Allah untuk menyelesaikan ‘Program Pengembangan Diri Paket Dunia-Akhirat’ ini dengan baik. Kalau bisa, dengan cemerlang.

Ya Allah, sungguh saya takut meninggalkan dunia ini dengan meninggalkan anak-anak seperti anak-anak yang melukai hati ibunda mereka itu. Terlebih lagi, meninggalkan anak-anak yang tak mengambil langkah mendekat kepada-Mu dalam keseharian mereka. Tolonglah ya Allah ...

Makassar, 28 Januari 2012

Bisa dibaca juga tulisan yang lain yah ...

No comments:

Post a Comment