Monday, February 20, 2012

Jalangkote' Warung

Jalangkote'
Tinggal di dalam lorong (gang) di lingkungan kami saat ini sangat nyaman bagi perut. Segala jenis makanan bisa diperoleh karena banyak dijual tidak jauh dari sini.

Jalangkote’ (di daerah Jawa disebut ‘pastel’) terdapat di mana-mana. Orang Makassar sangat favorit dengan jenis kue ini. Semua lapisan masyarakat menggemarinya. Mulai yang mahal (Rp. 4.000/buah) hingga yang jauh lebih murah ada di Makassar.

Di warung dekat rumah pun ada. Warung ini malah, menjual dua macam yang seharga Rp. 500 dan Rp. 1000 perbuahnya. Rasanya, lumayan. Jalangkote’-jalangkote’ ini bukan si empunya warung yang membuatnya. Ia ini hanya dititipi oleh pembuatnya.


Jalangkote’ seharga Rp. 1000 lebih enak. Di dalamnya ada sepotong telur rebus, bersama soun dan wortel. Campuran bumbunya terasa. Dimakan dengan lombok[i] ... hmm nikmatnya.

Pembuat jalangkote’ Rp. 1000 ini senantiasa menjaga mutu dagangannya. Jika ia kembali hendak mengecek barang dagangannya dan ternyata ada yang tak laku, maka ia membagi-bagikannya kepada anak-anak yang bermain di sekitar warung. Keesokan harinya ia kembali membawa jalangkote’ segar yang baru dimasak.

Berbeda dengan jalangkote’ Rp. 500. Pembuatnya tidak mau rugi. Jika ada jalangkote’ yang bersisa, ia membawanya pulang. Lalu di rumah, jalangkote’ sisa itu ‘dioperasi’ kembali (meminjam istilah si empunya warung). Begitu pun lomboknya, jika tak laku hari itu, dibawanya lagi keesokan harinya. Padahal lombok jalangkote’ yang sudah ‘bermalam’ sudah tidak enak lagi, rasanya agak asam.

Saya pernah kecewa, memakan jalangkote’ hasil daur ulang itu. Kulitnya keras dan rasanya tidak segar. Sayang sekali sebenarnya. Jika ia ingin dagangannya panjang umur, seharusnya ia menjaga mutu barang dagangannya. Harga yang ditawarkannya sebenarnya sangat terjangkau oleh warga di lingkungan kami. Apalagi anak-anak sekitar sini gemar jajan.

Namun sayang sekali, pikiran pembuatnya tak sampai ke situ. Hitung-hitungan untung-rugi sangat picik dalam benaknya. Kalau dulu kami suka memakan jalangkote’ Rp. 500 ini, setelah merasakan hasil daur ulangnya, kami lebih memilih jalangkote Rp. 1000 yang jelas, jauh lebih sedap.

Makassar, 21 Februari 2012

Silakan dibaca juga:






[i] Di Makassar, sambal pun diistilahkan dengan ‘lombok’. Lombok untuk jalangkote’ wujudnya cair. Cara memakannya, digigit dahulu bagian tepinya, lalu lomboknya dituang masuk ke dalam jalangkote’ yang berongga, lalu disantap. Hmmm .... nyamanna ...

No comments:

Post a Comment